(pose bahagia ade-ade TPA)
(mas Eko sedang mengajar)
(pose bersama, mas Suhail dan mas Andika)
(pose bersama dengan mas "pakdhe" )
(maap, lupa namanya...)
Blog-nya cah ngaji MTA Semarang....
[9:30] Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling? |
[61:6] Dan (ingatlah) ketika 'Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." [61:7] Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim. |
Pernah dengar kata-kata tersebut bukan..? ya…, novel yang laris manis dari tetralogi laskar pelangi Mas Andrea Hirata tersebut salah satunya berjudul “Sang Pemimpi”. Di sini tidak dibicarakan isi dari Novel tersebut (saya ja belum baca, tebal-tebal sich…), tapi di sini akan dibahas, “mengapa kita tidak bermimipi…?”
Ada tujuh kategori pemimpi yang dijelaskan oleh Masrukhul Amri dalam ‘Hidup untuk Hidup’. Let’s see…
Pertama, Orang yang takut bermimpi. Orang seperti ini hanya sekedar ingin bermimpi, tetapi tidak berani bermimpi (aneh yach..?). sebab, ia ingin sukses tetapi tidak berani melangkah untuk mengawali karena takut gagal. Kehidupannya selalu dicekam rasa takut dan takut, sehingga bermimpi saja tidak berani. Ini adalah kelompok orang Pengecut.
Kedua, Pemimpi masa silam. Ia ingin bermimpi, tetapi mimpinya hal-hal masa lalu. Ia selalu dibayang-bayang kejadian masa lalu yang menyakitkan. Biasanya mereka cenderung menuhankan rasionalnya. Begitu mudah orang seperti ini menutupi kelemahannya dengan berbagai alasan. Ini adalah kelompok orang Defensif (tidak mau dipersalahkan)
Ketiga, Biasanya bermimpi kecil. Orang seperti ini biasanya minder dengan kemampuan yang ia miliki. Golongan ini senang mengecilkan kapasitasnya yang sebenarnya sangat besar. Kalu di hadapan orang lain, ia merasa paling tidak bisa. Ini adalah kelompok orang Pecundang.
Keempat, Asal mimpi yang penting besar. Kelompok ini jago dalam membuat proposal hidup yang sangat bagus (master planner), namun jalan ke arah mimpinya tidak dipersiapkan dengan matang dan kurang bershabar sehingga tidak aplikatif. Ini adalah kelompok orang Pembual dan Pengandai-andai.
Kelima, Gampang puas dengan mimpi. Ini adalah kelompok orang yang kurang bersyukur (malah jangan-jangan terlalu banyak syukur, jadi gag butuh apa-apa.hehe). Sehingga, potensi yang sangat luar biasa yang ia miliki jarang atau bahkan tidak pernah dioptimalkan. Ini adalah kelompok orang Pasrah.
Keenam, Sudah bermimpi indah tetapi masih ingin bermimpi indah, dengan harapan Allah selalu mengarahkan mimpinya. Inilah orang yang punya kemauan untuk bershabar dan bersyukur.
Ketujuh, Mimpi tanda baligh, mimpi basah. Ini adalah mimpi bagi seorang anak laki-laki yang sudah memasuki dewasa, namun belum siap menghadapi hidup. Mereka dewasa dalam segi fisik. Kalau diiklan, mereka masih “cowok” belum jadi “pria”.
Setiap orang pasti pernah bermimpi. Tinggal yang mana dari kategori pemimpi dari diri anda. Kalau memang baru menginginkan sebuah mimpi, tidak masalah. Semoga pilihan itu adalah yang terbaik menurut petunjukNYA.
Berawal dari mimpi, bersambung dengan usaha maksimal untuk mewujudkan impian-impian kita dan tidak puas dengan apa yang kita capai. Terus bermimpi, Terus berusaha, dan Terus bersyukur…
Living Smart_”Muhammad Nazhif Masykur”
tulisan ini diambil dari “Living Smart” karya ‘Muhammad Nazhif Masykur’
Ketika anda gagal, ada yang anda harus segera benahi, yaitucara berpikir anda tentang kegagalan. Anda jangan segera menenggelamkan diri dalam keputusasaan, sementara peluang untuk bangkit masih terbentang luas di depan anda! Ingatlah, kegagalan bukan milik anda semata, tapi setiap orang, bahkan Nabi Allah pun pernah mengalaminya. Seperti diketahui, Nabi Musa yang meninggalkan kaumnya karena kaum beliau yang durhaka menyembah Samiri, patung anak sapi. Maka jangan berkecil hati, janganlah merasa rendah diri apalagi merasa rugi. Jadikan ungkapan terindah firman Allah, Innallaha ma’ashshabiriin, “sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang shabar”, menjadi tongkat penyemangat yang akan memberikan kekuatan anda untuk berdiri dan bangkit lagi meniti usaha serta memperbaiki kesalahan dan menyempurnakan kekurangan anda..
Sekali lagi, nikmatilah kegagagalan dan belajarlah darinya, sebagaimana anda menikmati kesuksesan dan belajarlah terus untuk mengembangkan sayap kesuksesan anda.
Kegagalan akan dirasa indah jika kita melewatinya dengan keyakinan bahwa akan muncul sebuah kesuksesan setelahnya. Kegagalan itu indah, asalkan kita menganggapnya sebagai tahap ujian yang akan melejitkan ptensi dan ketrampilan kita dalam menghadapai seerta mengelola masalah dengan baik. Kegagalan akan ikut mendewasakan cara pandang, sikap, bahkan cita-cita kita dalam mengarungi gelombang hidup yang tak selamanya tenag dan mulus.
Sudahkah anda menghasilkan suatu yang berhaga untuk memperindah sejarah hidup anda ketika gagal..?
Jika Aku Jatuh Cinta..
Karya: Sayyd Qutthb
Ya Allah, jika aku jatuh cinta,
cintakanlah aku pada seseorang yang
melabuhkan cintanya pada-Mu,
agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya agar tidak
melebihi cintaku pada-Mu
Ya Allah, jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang
yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.
Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak
berpaling pada hati-Mu.
Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang
merindui syahid di jalan-Mu.
Ya Allah, jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku
merindukan syurga-Mu.
Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat
di sepertiga malam terakhirmu.
Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang
menyeru manusia kepada-Mu.
Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki
dan rindu abadi hanya kepada-Mu.
Ya Allah Engaku mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta
pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah
pada-MU, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Kukuhkanlah Ya Allah
ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah
hati-hati ini dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada
kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.
A Muslim – holds strongly to Islamic principles, but yet is adaptable to change when applying them in response to contemporary issues and challenges.
A Muslim – is morally and spiritually strengthened to face the challenges of modern society, especially the changing economy.
A Muslim – knows about Islamic history and civilization, and is intellectually equipped to understand Islam and contemporary issues of the Islamic world.
A Muslim – believes that a good Muslim is also a good citizen.
A Muslim – is well adjusted to living in a secular state and multi-religious society, and contributes to global humanity, including taking leadership roles.
A Muslim – is progressive, keeps up with the demands of modern society and practices Islam beyond rituals or form.
A Muslim – appreciates the richness of other civilizations, and is self-confident enough to interact with others and is prepared to learn from them.
A Muslim – is inclusive and practices pluralism where this does not go against Islamic principles.